Seni Budaya Tradisional di Era Modern


 SAMARINDA: Seni, baik itu tradisionl maupun modern sama-sama merupakan produk budaya umat manuisa. Tujuannyapun tak jauh beda yakni sama-sama menyalurkan jiwa keindahan. Namun seni tradisional merupakan seni yang lahir dari budaya nenek moyang. Seni tradisional adalah seni yang lahir dari kehidupan masyarakat turun temurun sehingga selain memiliki nilai historis juga mengandung unsur-unsur kearifan lokal yang kental.

Seni tradisional berkembang sejalan dengan kehidupan masyarakat lokal yang bergerak secara perlahan mengikuti irama jaman dan pola kehidupan suatu etnis maupun bangsa. Berbeda dengan seni modern yang terkesan melampaui batas bangsa, etnik dan komunitas, seni tradisional terlihat lebih khas (khusus) sehingga bisa menumbuhkan ikatan emosional yang kuat.

Seni modern meski kadang juga lahir dari seni tradisional, namun sudah memiliki sentuhan bahkan campuran unsur teknologi secara lebih dominan. Hal ini membuat seni modern meski memiliki nilai lebihnya sendiri namun terkesan kurang merasuk dalam kehidupan lokal masyarakat.

Kearifan lokal adalah bahan utama pembentuk karakter bangsa. Hal ini dikarenakan bangsa Indonesia yang memiliki ribuan pulau dengan penghuni ribuan suku/etnis memiliki nilai-nilai luhur budaya yang berkembang di tengah masyarakat. Sedangkan masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius yang memegang nilai-nilai luhur.

Hal ini terlihat dari adat-istiadat hingga kesenian yang berkembang di seluruh pelosok nusantara.  Aneka etnis yang mendiami bumi Ibu pertiwi ini hidup dengan damai mengembangkan keluhuran tradisi mereka. Di sinilah kemudian karakter bangsa ini berkembang dan diwariskan melalui rantai budaya dari generasi ke generasi.

Kita boleh bangga, bahwa meski telah mengalami masa penjajahan berabad-abad bangsa Indonesia tidak pernah kehilangan jati dirinya. Nilai-nilai luhur selalu terjaga baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan spiritual mereka.

Justeru saat telah merdeka, di era kebebasan telah melingkupi bangsa ini, nilai luhur tersebut banyak ditinggalkan oleh generasi kita. Kini globalisasi informasi telah membuat budaya asing masuk dengan bebasnya ke dalam rumah-rumah kita menyebabkan sedikit atau banyak budaya kita sendiri tergusur olehnya.

Hal ini pula lah yang terjadi di Kalimantan Timur. Di bumi Mulawarman ini modernitas juga telah merambah semua segi kehidupan masyarakat termasuk kehidupan seninya. Walhasil, kesenian-kesenian luar yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa juga diserap oleh masyarakat khususnya generasi muda.

Seni Mamanda sebagai salah satu seni teater tradisional yang telah hidup ratusan tahun di daerah ini semakin lama semakin ditinggalkan dan tersingkir oleh kesenian modern yang berasal dari luar negeri. Kini generasi muda lebih banyak yang menggandrungi budaya  K-POP misalnya.

Memang menyukai budaya luar bukanlah sebuah kesalahan dan bukan menjadi tanda bahwa semangat nasionalisme telah luntur, namun paling tidak ini menunjukkan betapa minat dan kecintaan terhadap budaya tradisional kita sudah mulai berkurang. Oleh karena itulah maka diperlukan upaya serius untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian tradisional kita agar lebih dicintai oleh generasi muda.

Hal ini tentu tidak bisa serta merta terjadi, tetapi harus melalui langkah-langkah sistematis dengan melibatkan berbagai pihak. Untuk itu menggali dan mengkaji serta mendokumentasikan deskripsi kesenian, termasuk kesenian Mamanda merupakan langkah tepat yang harus kita lakukan.

Saya ingin mengajak pembaca sekalian mengetahui. Walau serba sedikit, tentang hal-hal yang berkenaan dengan seni Mamanda, mulai dari sejarah, pakem-pakemnya hingga kondisinya saat ini. Semoga dengan buku kecil ini kita menjadi lebih mencintai kesenian dan kebudayaan tradisional kita sendiri. (SDM)

 

 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.