Saya dan Budaya Jawa


Di akhir tahun 2021 lalu (13/11/2021) kami grup Sandiwara Mamanda mendapat kepercayaan dari TVRI Kaltim untuk terlibat dalam pementasan Muhibbah Budaya, sebuah roadshow kebudayaan dari kota ke kota se Indonesia yang diadakan oleh TVRI Nasional dan kebetulan berakhirnya di Samarinda Kalimantan Timur.

Dalam acara yang digelar di Samarinda dikawinkan dua kesenian yakni Sandiwara Mamanda (Sandima) denganWayang Kulita Jawa. Bisa dibilang ini adalah simbolisasi akan adanya harmonisasi budaya asli yang diwakili oleh Sandima dengan budaya etnik pendatang yang diwakili oleh Wayang Kulit Jawa, didukung oleh IKAPAKARTI Kaltim pimpinan bapak wakil walikota Samarinda H. Rusmadi Wongso.

Ini merupakan kolaborasi budaya yang makin memperkokoh semangat kebangsaan kita di Bumi Etam. TVRI berhasil menghadirkan kebhinekaan dalam harmonisasi yang indah sekaligus mengikat erat tali silaturahmi antar etnis yang beragam.

Bagi saya sendiri pagelaran sabtu malam ahad di studio TVRI Kaltim ini terasa sangat istimewa, karena menghadirkan kenangan suasana masa kecil dan dewasa sekaligus. Betapa tidak, saya lahir dan menjalani masa kecil di lingkungan suku Jawa. Sehingga semua kesenian suku ini, terutama wayang kulit, jantilan (kuda kepang) dan ketoprak begitu melekat dengan keseharian saya.

Dan setelah kuliah hingga bekerja sebagai guru lalu terus ke masa sekarang ini barulah saya mengenal dan turut bergelut dengan seni tradisi warisan nenek moyang saya sendiri di Kalimantan.

Saya kemudian mengenal mamanda, sandima, madihin, tingkilan, musik panting, lamut, dan aneka varian seni asli Kalimantan lainnya. Dan sejak tahun 90-an bersama bapak Elansyah Jamhari  dan teman-teman lainnya kami membuat Sandiwara Mamanda atau Sandima FORMAT.

Awalnya kami bermain Mamanda yang asli sebagaimana yang berasal dari Kalsel, lengkap dengan aneka pakemnya, namun karena kebutuhan durasi dan jenis cerita yang mengharuskan memotong durasi serta merombak beberapa pakem, maka kami memilih Sandiwara Mamanda (untuk ditampilkan di TV).

Yang membuat kami para seniman bahagia sekali, tenyata malam itu bapak Wakil Walikota kami Dr. H. Rusmadi Wongso yang memiliki moto Samarinda  Kota Pusat peradaban, berkenan hadir dan terlibat langsung dalam pagelaran yang menyatukan budaya Jawa dan Samarinda ini.

Harapan saya tentu semoga hal ini menjadi salah satu ikhtiar kita bersama untuk melestarikan budaya yang positif, relijius dan membawa pada keharmonisan hidup berbangsa dan bernegara. Apalagi wayang kulit dan Sandima merupakan jenis kesenian yang didalamnya banyak muatan dakwah.

Ya, dakwah merupakan ajakan kepada khalayak untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa serta mengembangkan sikap-sikap positif dalam pergaulan hidup sehari-hari.

Sebagai anak Samarinda yang lahir dan besar di kota tercinta ini saya merasa bangga menjadi bagian dari perjalanan sejarah Sandiwara Mamanda (sandima) khususnya Sandiwara Mamanda ala FORMAT.

Perkembangan Sandiwara Mamanda mungkin telah dirintis oleh generasi pendahulu. Namun paling tidak saya dan kawan-kawan di Format adalah pelaku-pelaku pelestari di masa kini yang hingga hari ini masih konsen mengembangkan seni tradisi ini.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.