Dari Lamin Etam ke Jantung IKN: KSBN Kaltim Menggelorakan Semangat Budaya Lewat Musda 2025


SAMARINDA
– Di malam yang hangat dan penuh makna di Lamin Etam, suara mjusik tradisional menggema mengiringi semangat para pelaku budaya yang datang dari berbagai pelosok Kalimantan Timur. Mereka tidak sekadar menghadiri Musyawarah Daerah (Musda) Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Kaltim, melainkan membawa harapan baru: agar budaya tak hanya dilestarikan, tetapi juga menjadi kekuatan utama dalam menyambut masa depan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Musda KSBN Kaltim digelar selama dua hari, 23–24 Mei 2025, dan menjadi momentum penting untuk memperkuat struktur organisasi serta merumuskan langkah-langkah strategis pengembangan seni budaya di tengah gempuran modernisasi.

Malam pembukaan yang digelar di Lamin Etam, kompleks Kantor Gubernur Kaltim, menjadi simbol pertemuan antara akar budaya dan arah baru pembangunan. Ketua Umum KSBN Pusat, Hendarji Supanji, hadir langsung untuk melantik pengurus baru KSBN Wilayah Kalimantan Timur periode 2025–2030.

Menurut Ketua Pusat KSBN, Hendarji Supanji, Budaya bukan sekadar peninggalan, tapi identitas yang harus kita bawa maju, apalagi saat kita menyongsong IKN.

Tak sekadar pelantikan, acara malam itu dihiasi ragam persembahan seni. Tarian daerah yang luwes, paduan suara yang menggugah rasa, hingga pementasan Sandiwara Mamanda—seni teater khas Samarinda—menghidupkan malam menjadi panggung dialog antara masa lalu dan masa depan.

Di balik pentas, para pengurus KSBN kabupaten dan kota, serta perwakilan ormas dan paguyuban budaya, tampak berbincang hangat. Mereka bukan hanya bertukar cerita, tapi juga saling menyalakan semangat: bagaimana budaya bisa terus hidup, bahkan berkembang dalam wajah Indonesia baru yang tengah dibentuk di tengah hutan Kalimantan.

Hari kedua, suasana berubah menjadi lebih serius namun tetap penuh semangat. Di lantai IV Gedung Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim, berbagai narasumber hadir memberi perspektif. Dari perwakilan Badan Otorita IKN, budayawan Prof Holan, hingga Kepala Pusat Pelestarian Budaya dan Plt Kepala Disdikbud Kaltim, Ramadhan—semua berbicara satu bahasa: budaya harus menjadi elemen utama dalam pembangunan.

Dalam sesi musyawarah, pengurus menyusun rencana program kerja untuk lima tahun ke depan. Mereka membagi tugas berdasar bidang, menyusun agenda-agenda pelestarian dan penguatan seni budaya yang tidak hanya bernuansa lokal, tetapi juga siap tampil di panggung nasional bahkan internasional, seiring dengan lahirnya IKN sebagai simbol masa depan bangsa.

Musda kali ini bukan hanya rapat formal organisasi. Ia menjadi ruang perenungan dan pergerakan. Sebuah penegasan bahwa seni dan budaya bukan aksesoris pembangunan, tetapi adalah jiwa dari peradaban itu sendiri.

Dan dari Lamin Etam, semangat itu kini bersiap berjalan ke arah baru: menuju jantung Ibu Kota Negara. (AS/MIK) 



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.