SAMARINDA – Di tengah megahnya Gedung Lamin Etam yang berdiri kokoh di jantung ibu kota Kalimantan Timur, sebuah kisah klasik kembali dihidupkan. Bukan oleh aktor-aktor layar kaca, tetapi oleh para penjaga warisan budaya – para seniman teater tradisional Mamanda.
Acara pelantikan Pengurus Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Provinsi Kalimantan Timur hari itu berubah menjadi lebih dari sekadar seremoni. Ia menjelma menjadi panggung budaya, tempat tradisi bersuara lantang dan menyapa semua yang hadir.
Pentas Sandiwara Mamanda (Sandima) membawakan lakon berjudul GRATIS POL, sebuah cerita yang ditulis oleh seniman lokal, Abdillah Syafei. Cerita ini mengalir ringan, menghibur, tapi sarat sindiran sosial dan pesan moral. Improvisasi khas Sandima menjadikan lakon ini terasa begitu dekat dengan keseharian, menjangkau hati para penonton tanpa perlu teriak.
Para pemain – sebagian besar adalah seniman senior – membawakan peran dengan totalitas dan kepiawaian tinggi. Tanpa banyak properti, mereka mampu menyulap panggung menjadi arena yang hidup. Gelak tawa, tepuk tangan, dan senyum lebar jadi bukti bahwa Mamanda masih punya sihir yang ampuh.
Puncak pertunjukan menjadi momen tak terlupakan. Para tokoh budaya dan pejabat yang hadir – termasuk Ketua Umum KSBN Pusat Hendarji Supanji dan Ketua KSBN Kaltim Donal Sitorus – larut dalam tarian Jepen Pesisir, menutup pentas dengan semangat kebersamaan dan cinta budaya yang tulus.
“Ini bukan sekadar pementasan. Ini adalah pembuktian bahwa tradisi kita masih bernapas, masih bicara, dan masih menginspirasi,” ujar Dr. (H.C.) Elansyah Jamhari, S.Pd., MA, Pembina Forum Aktualisasi Seni Tradisional (FORMAT) Kaltim, dengan mata berbinar.
Senada dengan itu, Ketua Sandima Muhammad Nurrohim mengungkapkan rasa haru dan syukurnya. Ia menyebut bahwa keberhasilan pertunjukan ini tak lepas dari dukungan semua pihak, terutama semangat para pemain yang tak pernah padam meski zaman terus berganti.
Hari itu, Lamin Etam bukan hanya gedung pemerintah. Ia menjadi rumah bagi suara-suara lama yang tak pernah usang – suara tradisi yang terus berbicara dalam bahasa seni. (AS/SNDM)
Tidak ada komentar